Beranda | Artikel
Mengapa Nabi Khidir Tidak Ikut Nabi Musa? - Syaikh Utsman al-Khamis #NasehatUlama
Selasa, 2 Agustus 2022

Mengapa Nabi Khidir Tidak Ikut Nabi Musa? – Syaikh Utsman al-Khamis #NasehatUlama

Penulis—semoga Allah merahmatinya—berkata:

“Kesembilan, orang yang meyakini bahwa sebagian orang tidak wajib
mengikuti Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
dan bisa keluar dari syariat beliau Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
—sebagaimana Khiḍir bisa keluar dari syariat Musa ʿalaihis salām— maka dia kafir.”

Pertama, tentang Khiḍir, bahwa Musa tidak diutus kepadanya,
karena Musa adalah rasul yang diutus kepada Bani Israil.

Musa adalah rasul untuk Bani Israil,
karena ketika itu seorang Nabi diutus hanya khusus kepada kaumnya saja.

Inilah kenapa, ketika pertama kali Musa bertemu Khiḍir,
dia berkata, “Apakah engkau Khiḍir?” Khiḍir menjawab, “Ya.” Dia bertanya, “Siapa kamu?”

Dia menjawab, “Aku Musa.”
Dia berkata, “Musa, Nabinya Bani Israil?”
Sehingga Khiḍir bukan pengikut Musa, ini poin pertama.

Kemudian, bahwa Khiḍir—menurut pendapat yang tepat—adalah nabi,
sebagaimana Musa adalah seorang nabi.

Karena Khiḍir berkata: “Apa yang aku perbuat bukan menurut kemauanku sendiri.” (Al-Kahfi: 82)
melainkan berdasarkan wahyu dari Allah Tabāraka wa Ta’ālā. Inilah hukum asalnya.

Jadi, Khiḍir adalah seorang nabi sebagaimana Musa adalah seorang nabi.

Musa adalah nabi bagi Bani Israil,
dan Khiḍir adalah nabi bagi kaum di mana dia berada.

Jadi, maksud saya bahwa orang yang mengatakan
bahwa dia boleh untuk tidak mengikuti Muhammad Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
dengan dalih Khiḍir yang tidak mengikuti Musa, maka ini adalah kias dua hal yang berbeda,
karena Musa tidak diutus untuk semua umat manusia
sebagaimana Muhammad diutus untuk semua umat manusia.

Khiḍir juga tidak pernah menyelisihi Musa ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām,
karena dia sendiri adalah seorang nabi, sama seperti Musa yang juga seorang nabi.

Benar bahwa Musa lebih utama, karena dia termasuk Ulul ‘Azmi—semoga salawat dan salam-Nya terlimpah atas Musa—
tapi yang ini adalah nabi dan yang itu juga nabi.

Bahkan seandainya Musa ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām masih hidup,
Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Musa tidak punya pilihan kecuali wajib mengikutiku.” (HR. Ahmad)

Begitupun Khiḍir, seandainya dia masih hidup,
dia tidak punya pilihan kecuali harus mengikuti Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Jadi, setiap orang yang mengaku boleh untuk tidak mengikuti Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,
maka dia kafir. Demikian.

=====

قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

التَّاسِعُ مَنِ اعْتَقَدَ أَنَّ بَعْضَ النَّاسِ لَا يَجِبُ عَلَيْهِ

اتِّبَاعُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَأَنَّهُ يَسَعَهُ الْخُرُوجُ عَنْ شَرِيعَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

كَمَا وَسِعَ الْخَضِرُ الْخُرُوجَ عَنْ شَرِيعَةِ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ

فَهُوَ كَافِرٌ

الْأَوَّلُ الْخَضِرُ… لَمْ يُبْعَثْ يَعْنِي مُوسَى إِلَيْهِ

مُوسَى كَانَ… مُوسَى رَسُولُ بَنِي إِسْرَائِيلَ

مُوسَى رَسُولُ بَنِي إِسْرَائِيلَ

وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً

وَلِذَلِكَ أَوَّلُ مَا الْتَقَى مُوسَى بِالْخَضِرِ

قَالَ: أَنْتَ الْخَضِرُ؟

قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: وَأَنْتَ مَنْ؟

قَالَ: مُوسَى

قَالَ: مُوسَى نَبِيُّ بَنِي إِسْرَائِيلَ؟

فَالْخَضِرُ لَيْسَ تَابِعًا لِمُوسَى هَذَا أَوَّلًا

ثُمَّ إِنَّ الْخَضِرَ عَلَى الصَّحِيحِ نَبِيٌّ

كَمَا أَنَّ مُوسَى نَبِيٌّ

لِأَنَّ الْخَضِرَ قَالَ: وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي

وَإِنَّمَا بِوَحْيٍ مِنَ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى هَذَا هُوَ الْأَصْلُ

فَالْخَضِرُ نَبِيٌّ كَمَا أَنَّ مُوسَى نَبِيٌّ

وَمُوسَى نَبِيٌّ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ

وَالْخَضِرُ نَبِيٌّ لِلنَّاسِ الَّذِينَ كَانَ عِنْدَهُمْ

فَالْقَصْدُ إِذَنْ أَنَّ بَعْضَ النَّاسِ يَقُولُ

يَسَعُهُ أَنْ لَا يَتَّبِعَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

كَمَا وَسِعَ الْخَضِرُ أَلَّا يَتَّبِعَ مُوسَى

وَهَذَا قِيَاسٌ مَعَ الْفَارِقِ

لِأَنَّ مُوسَى لَمْ يُرْسَلْ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً

كَمَا أَنَّ مُحَمَّدًا أُرْسِلَ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً

وَالْخَضِرُ لَمْ يُفَارِقْ مُوسَى عَلَيهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

وَإِنَّمَا هُوَ نَبِيٌّ كَمَا أَنَّ مُوسَى نَبِيٌّ

نَعَمْ مُوسَى أَفْضَلُ مُوسَى مِنْ أُوْلِي الْعَزْمِ صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيِهِ

لَكِنْ هَذَا نَبِيٌّ وَهَذَا نَبِيٌّ

بَلْ إِنَّ مُوسَى عَلَيْهِ الصَّلَاةُ السَّلَامُ لَوْ كَانَ حَيًّا

يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَمَا وَسِعَهُ إِلَا اتِّبَاعِي

وَالْخَضِرُ لَوْ كَانَ حَيًّا

لَمَا وَسِعَهُ إِلَّا اتِّبَاعُ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَكُلُّ مَنِ ادَّعَى أَنَّهُ يَسَعُهُ أَلَّا يَتَّبِعَ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَهُوَ كَافِرٌ نَعَمْ


Artikel asli: https://nasehat.net/mengapa-nabi-khidir-tidak-ikut-nabi-musa-syaikh-utsman-al-khamis-nasehatulama/